DaerahNasionalPendidikanPeristiwa

UTND medan kembangkan metode pirolisis hasilkan Asap cair dari batok kelapa di labuhan Deli

Klik Untuk Mendengarkan Berita

Medan, Tujuhsatu.com – Dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat, Dosen Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien (UTND) Medan berhasil mengembangkan metode pirolisis pada pembuatan asap cair dari tempurung kelapa, di Desa Manunggal, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deliserdang, pada Sabtu (14/9) lalu.

Kegiatan ini diketuai, Maryani Razali SSi MSi bersama timnya, Nurmala Sari SSi MSi dan Dahlia Kusuma Dewi SH MH.

Ketua Pelaksana, Maryani Razali SSi MSi mengatakan, kegiatan yang telah dilakukan meliputi, sosialisasi perihal pengembangan usaha dan perizinan pada Home Industry pembuatan asap cair, dengan metode pirolisis. Pelatihan ini dilaksanakan secara sustainabel sampai mitra mampu mengoperasionalkannya sesuai tujuan kegiatan.

“Penerapan teknologi pirolisis dikembangkan untuk meningkatkan kualitas produk dan pendampingan, serta evaluasi dilakukan secara kontiniu untuk menjamin keberlanjutan program. Kita juga menyerahkan alat Pirolisis kepada masyarakat di desa tersebut,” ujarnya kepada Sumut Pos di Medan, Jumat (20/9).

Ia menjelaskan, bahwa masyarakat di Desa Manunggal yang hadir pada kegiatan itu, secara umum bekerja sebagai karyawan di Home Industry Asap Cair. Kegiatan ini juga ditujukan untuk meningkatkan pendapatan keluarga, dengan harapan agar Home Industry tersebut dapat memiliki Nomor Izin Bersusaha (NIB), supaya nantinya produk yang dihasilkan memiliki registrasi dan dapat dijual ke masyarakat luas.

Baca Juga :  Kapolres Pelabuhan Belawan Pimpin Serah Terima Jabatan Kasat Intelkam dan Pelantikan Kasi Humas

“Asap cair (liquid smoke) merupakan senyawa hasil kondensasi atau disebut juga dengan pengembunan yang berasal dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang dibakar untuk membuat asap cair pada umumnya mengandung selulosa, hemiselulosa, dan beberapa senyawa karbon lainnya,” jelasnya.

Maryani mengungkapkan, dalam kegiatan tersebut, pihaknya memilih tempurung kelapa sebagai bahan baku untuk membuat asap cair. Tempurung kelapa sendiri banyak dihasilkan dari industri pengolahan buah kelapa, pasar tradisional dan rumah tangga di daerah Deliserdang.

“Asap cair dibuat melalui proses yang dibagi menjadi tiga tahapan, di antaranya pirolisis, kondensasi, dan redistilasi. Pada dasarnya asap dapat diubah menjadi bentuk cair melalui teknologi pembakaran (pirolisa) dan juga pengembunan (kondensasi). Pada kegiatan ini, proses pembuatan asap cair menggunakan bahan tempurung kelapa dengan cara pirolisis,” ungkapnya.

Baca Juga :  KB ANGGREK HADIR BERIKAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT | KURIKULUM MERDEKA

Adapun, sambungnya, langkah pertama yang dilakukan adalah membersihkan tempurung kelapa yang sudah dikeringkan. Setelah itu tempurung kelapa dipotong menjadi ukuran lebih kecil, yaitu 7-9 Cm, agar dapat mempermudah proses pembakaran. Pengeringan tempurung kelapa dilakukan untuk menghilangkan air yang masih tersisa. Setelah tempurung kelapa telah dipastikan kering, dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis dan diproses pada temperatur 300-650oC selama 5-8 jam pembakaran.

“Hasil pembakaran itu nantinya akan menghasilkan abu dan gas. Gas itulah yang menghasilkan asap cair. Asap hasil pembakaran kemudian dikondensasi dengan bantuan kondensor berbentuk spiral melingkar. Proses pemurnian asap cair berfungsi untuk mendapatkan asap cair yang bebas dari bahan berbahaya sehingga aman jika akan digunakan sebagai bahan pengawet makanan. Setelah hasil kondensasi selesai dan sudah menghasilkan asap cair, maka dapat diendapkan selama satu minggu,” imbuhnya.

Baca Juga :  FPI Kota Binjai Angkat Bicara Terkait Aksi Demo FUI-SU Amanar, Ini katanya

Ia memaparkan, kegunaan asap cair sebagai pengawet makanan alami, karena mengandung senyawa fenol dan asam organik yang memiliki sifat antimikroba dan antioksidan, sehingga bisa memperpanjang umur simpan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroorganisme serta oksidasi.

Asap cair, terang Maryani, juga banyak digunakan sebagai pengendalian hama dan juga dapat mengurangi bau yang tidak sedap pada proses pengolahan limbah.

“Harga asap cair saat ini untuk grade 3, berkisar Rp10.000-Rp25.000 per liter. Selama ini masyarakat menjual hanya Rp3.000 per liter, sehingga perlu peningkatan kemasan dan kualitas. Untuk itulah kegiatan ini perlu dilakukan agar ekonomi masyarakat semakin meningkat, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan dan daya beli masyarakat di sekitar,” pungkasnya. (Ahmad)

Artikel Terkait

Back to top button
Don`t copy text!