DaerahNasionalPendidikan

Pentingnya Sensor Mandiri dalam Menentukan Tontonan Bagi Anak

Klik Untuk Mendengarkan Berita

TUJUHSATU.COM, Purwakarta– Beberapa waktu lalu tepatnya Selasa, 13 Agustus 2024 Lembaga Sensor Film (LSF) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Purwakarta dan PGRI Kabupaten Purwakarta menggelar Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Provinsi Jawa Barat dengan mengambil tema “Memajukan Budaya, Menonton Sesuai Usia”

Lalu apa Sensor Mandiri?

Sensor Mandiri merupakan salah satu program prioritas LSF untuk masyarakat sebagai Upaya dalam memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia. LSF menyadari bahwa dalam memberikan perlindungan terhadap Masyarakat dari dampak negatif yang ditimbulkan dari peredaran dan pertunjukkan film atau iklan, peran masyarakat terutama orang tua dan pemangku kepentingan sangat dibutuhkan.

Gerakan ini menjadi penting karena ada peran orang tua, keluarga dan lingkungan sekitar yang menjadi penyaring utama dalam menentukan tontonan mana yang layak atau tidak dikonsumsi oleh anak-anak.

Baca Juga :  Seksi Dokkes Polres Langkat Laksanakan Pemeriksaan Kesehatan Personil yang terlibat Operasi Mantap Praja Toba 2024

Adapun kriteria dan klasifikasi usia penonton meliputi:

Untuk penonton semua umur (SU);

Untuk penonton usia 13 tahun atau lebih (13+);

Untuk penonton usia 17 tahun atau lebih (17+);

Untuk pen

onton usia 21 tahun atau lebih (21+)

Sedangkan yang harus dilakukan saat melakukan sensor mandiri dalam pengawasan tontonan kepada anak-anak antara lain

memilah dan memilih tontonan

menonton sesuai klasifikasi usia

pendampingan terhadap anak pada saat menonton dan memberikan pemahaman kepada ana katas tayangan yang ditonton

tidak memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk menonton tayangan yang disukai tanpa melakukan pengawasan

Baca Juga :  Diduga Balai Karantina Ikan Medan Loloskan Ekspor Kepiting Berkarapas Kecil

lakukan kontrol terhadap gawai (handphone) yang digunakan anak yang belum dewasa termasuk media sosial yang digunakan.

Dunia Pendidikan dinilai dapat membantu Gerakan sensor mandiri yang bisa dilakukan dengan dua cara:

 

Jalur Kurikuler di Sekolah

Memberikan muata budaya sensor mandiri pada pelajaran yang ada (misal pada pelajaran Bahasa Indonesia, pemahaman tentang BSM bisa dimasukkan dalam soal cerita)

Pada tingkatan pendidikan usia dini muatan budaya sensor mandiri diberikan kepada peserta didik melalui lagu / nyanyian

Jalur Non Kurikuler di Sekolah

Muatan budaya sensor mandiri diintegrasikan pada program dan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, dan lain-lain

Muatan budaya sensor mandiri dapat diberikan melalui kegiatan insidental di sekolah seperti pembekalan siswa baru

Baca Juga :  Sutarto resmi dilantik menjadi ketua DPRD Sumut, PJ Gubsu optimis bisa memajukan Sumut

Dengan demikian, pentingnya memilih tontonan sesuai umur tidak hanya berkaitan dengan aspek hiburan semata tetapi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak-anak. Kemampuan sensor mandiri dalam memilah dan memilih tontonan yang sesuai dengan usia merupakan keterampilan yang perlu ditanamkan sejak dini sehingga kita dapat menciptakan lingkungan media yang mendukung pertumbuhan yang sehat bagi generasi mendatang. (MH/Red.)

Artikel Terkait

Back to top button
Don`t copy text!