BANDUNG, Tujuhsatu.com || Senin (05/06). Keberlanjutan Program Citarum Harum perlu komitmen, aksi nyata dan tanggung jawab dari stakeholder terkait seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha, akademisi, komunitas dan media.
Sebagai bentuk dukungan dari dunia usaha, Jasa Tirta II memanfaatkan Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air (BJPSDA) dari pemanfaat air Sungai Citarum sebagai alternatif pendanaan untuk melaksanakan apa yang telah dilakukan Program Citarum Harum.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Operasi dan Pemeliharaan Jasa Tirta II Anton Mardiyono mengenai “Peran Strategis Dunia Usaha Pasca Program Citarum Harum” pada acara Focus Group Discussion (FGD) Keberlanjutan Citarum Harum di Hotel El Royale Bandung pada Senin, 5 Juni 2023.
FGD yang digelar oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi berkolaborasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini dihadiri oleh Direktur Bina OP Ditjen SDA Kementerian PUPR Muhammad Adek Rizaldi, Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil, dan beberapa narasumber dari Kodam III Siliwangi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BBWS Citarum.
FGD ini bertujuan untuk memahami permasalahan, kondisi dan saran untuk keberlanjutan Citarum Harum, mengidentifikasi peran strategis multi pihak Pentahelix dan keterlibatan stakeholders, serta mendapatkan rekomendasi keberlanjutan keberhasilan Program Citarum Harum.
Jasa Tirta II mendukung Satgas Citarum melalui Pokja 6 dalam melakukan penertiban Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Jatiluhur agar jumlahnya sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Pada Tahun 2022, Jasa Tirta II berhasil menertibkan 1.646 petak kja di Waduk Jatiluhur.
“Jasa Tirta II juga melakukan pemantauan kualitas air sungai diantaranya 33 titik Sungai Citarum, 14 titik di Sungai Bekasi, 13 titik di Saluran Tarum Barat, 5 titik Saluran Tarum Utara, 16 titik di area Waduk Ir. H. Djuanda, 9 titik di sungai lainnya,”ucap Direktur Operasi dan Pemeliharaan Jasa Tirta II Anton Mardiyono. Data pemantauan kualitas air sungai dari Jasa Tirta II dapat menjadi sumber data potensial bagi kegiatan pemantauan kualitas air di Wilayah Kabupaten Bandung.
Selanjutnya, pasca Program Citarum Harum setelah 5 tahun berjalan, Jasa Tirta II merekomendasikan program strageis berbasis pemberdayaan masyarakat dan konservasi. Program-program tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan BJPSDA, sesuai prinsipnya dari air kembali ke air. Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi Jasa Tirta II serta tujuan dari penerapan BJPSDA sendiri.
Salah satu program konservasi dan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan Jasa Tirta II adalah Program Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah Eceng Gondok hasil pengangkatan menjadi aneka kerajinan, enzimatik dan humus aktif. Program TJSL ini berkolaborasi dengan PT. Pegadaian dan 13 BUMN lainnya.
“Selain untuk mengembalikan kualitas air dan mengatasi masalah populasi eceng gondok di area waduk, program pemanfaatan dan pengelolaan limbang eceng gondok ini juga menjadi tambahan pendapatan bagi masyarakat dan meningkatkan keterampilan,”ujar Direktur Operasi dan Pemeliharaan Jasa Tirta II Anton Mardiyono. ***