DaerahGlobalNasionalPolitik

Pilkada Purwakarta: Tokoh Milenial Berpeluang Jadi Kuda Hitam

Klik Untuk Mendengarkan Berita

TUJUHSATU.COM– Pilkada Kabupaten Purwakarta yang tinggal beberapa bulan ini terasa semakin memanas setelah maraknya baligho yang terpasang di wilayah-wilayah Kabupaten Purwakarta. Belasan orang mulai dari politikus, pengusaha, sampai generasi milenial mendeklarasikan dirinya sebagai Bakal Calon Bupati Purwakarta untuk periode 2024-2029.Pemilih muda akan menjadi pemilih yang sangat menentukan, oleh karena itu beberapa bakal calon sudah mulai gencar melakukan pendekatan-pendekatan dengan organisasi-organisasi kepemudaan.

Hasil telaah yang dilakukan oleh Triangulasi Research Indonesia menjelaskan bahwa jumlah total pemilih di Kabupaten Purwakarta mencapai 733.927 orang, dimana sekitar 33,63% merupakan pemilih dari Gen Z dan 30,70% adalah pemilih dari generasi milenial. Generasi Z adalah para pemilih dengan rentang usia 17-29 tahun, sedangkan generasi milenial adalah para pemilih dengan rentang usia 30-44 tahun. Apabila digabungkan, genrasi Z dan generasi milenial jumlahnya mencapai 64,34% dari total jumlah pemilih yang ada di Kabupaten Purwakarta.

Menurut Sintia Catur Sutantri, S.Sos., M.I.Pol. selaku Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Bisnis International Women University, Bandung, Jawa Barat menjelaskan bahwa tidak mudah untuk menarik suara generasi Z dan milenial dalam Pilkada, karena mereka relatif lebih rasional dalam menentukan pilihan.

Baca Juga :  Liburan Lebaran yang Nyaman dan Romantis di Kawasan Wisata Jatiluhur Valley & Resort

Pemilih muda dalam konteks Pilkada berada dalam pusaran antara antusiasme dan apatisme politik. Pada satu sisi sangat bersemangat dan ingin mengetahui seputar Pilkada, khususnya melalui media sosial. Namun, belum tentu antusiasisme tersebut sejalan dengan realitas perilaku politiknya. Bahkan tidak sedikit kalangan pemilih pemula, termasuk mahasiswa, lebih memilih tidak menyalurkan hak pilihnya alias Golput. “Bakal Calon yang bisa menarik simpati generasi Z dan Milenial akan selangkah lebih maju dibandingkan dengan Bakal Calon lainnya” tutur Sintia.

Sintia menjelaskan tren dari generasi Z dan kaum milenial cenderung lebih suka memilih pemimpin yang seumuran atau mendekati usia mereka. Adapun beberapa alasan di balik itu antara lain:
1.Kesamaan Pengalaman: Kaum milenial percaya bahwa pemimpin seumuran mereka mungkin lebih memahami tantangan dan pengalaman hidup yang mereka hadapi. Ini bisa mencakup masalah seperti pekerjaan, pendidikan, isu lingkungan dan perubahan iklim, kesetaraan gender, kesehatan mental, dan keadilan sosial.

2.Keterbukaan dan Keterhubungan: Pemimpin seumuran bisa lebih mudah terhubung dengan kaum milenial secara emosional dan sosial. Mereka mungkin memiliki minat dan pemahaman yang lebih mirip, membuat komunikasi dan keterlibatan lebih mudah.

Baca Juga :  Guna Menyerap Aspirasi Pembangunan, Romi Hariyanto Turun Ke Masyarakat Serta Sambangi Kediaman Bapak Basir RW Di Nipah Panjang

3.Perubahan dan Inovasi: Kaum milenial sering dianggap sebagai generasi yang terbuka terhadap perubahan dan inovasi. Pemimpin seumuran mereka cenderung lebih terhubung dengan tren dan teknologi baru, sehingga diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih relevan dan inovatif.

Berkaca pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, beberapa lembaga survey seperti Lembaga Survey dan Polling Indonesia (SPIN) serta Lembaga Penelitian Masyarakat Milenium (LPMM) mengklaim bahwa pasangan Prabowo dan Gibran banyak didukung oleh pemilih dari generasi Z dan generasi milenial, dimana hal tersebut diduga kuat karena adanya sosok Gibran yang merupakan tokoh dari generasi milenial.

Dari pengalaman pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tersebut, Bakal Calon Bupati Purwakarta dari generasi milenial tentu berpeluang untuk dapat menarik simpati dan suara dari para pemilih generasi Z dan generasi milenial. Apabila itu terjadi tentunya Bakal Calon tersebut berpeluang menjadi “kuda hitam” dalam Pilkada serentak yang akan dilaksanakan di Kabupaten Purwakarta. Namun demikian, menurut Sintia tren tersebut bukanlah aturan yang bersifat mutlak, masih ada banyak faktor lain yang mempengaruhi pilihan pemimpin seperti kebijakan politik, integritas, dan rekam jejak kinerja.

Baca Juga :  Razia Rumah Kost, Polsek Sukarame Amankan 2 Pasangan Muda Mudi

Selain itu generasi Z dan generasi milenial sama-sama dibesarkan di tengah perkembangan teknologi yang sangat pesat, terutama teknologi informasi digital. Karakter kedua generasi tersebut lebih berani melempar kritik dan terbuka dalam menyuarakan segala hal di media sosial. Maka generasi milenial yang akan maju menjadi bakal calon pemimpin harus mengatur strategi politiknya dibantu dengan personal branding terutama melalui media sosial. Transparan dalam berkomunikasi, perhatian terhadap isu-isu yang relevan saat ini, serta pemilihan media sosial dan platform digital yang tepat sesuai algoritmanya, menjadi kunci penting dalam menarik perhatian generasi Z dan generasi milenial, ujar Sintia di akhir perbincangan.

(( Sintia Catur Sutantri, S.Sos., M.I.Pol.))

Artikel Terkait

Back to top button
Don`t copy text!